Cerbung:
“ Cinta Itu Sahabat”
Oleh
Ira Maulina
Kali ini aku merasa ada yang kurang enak dari teman-teman
belajar bersamaku. Entah mengapa aku selalu dibedakan dengan Jany, memang Jany
orangnya tomboy sama seperti aku namun dia memiliki kekurangan yaitu tuna
wicara. Jany yang seumuran denganku kini dia sudah menikah dan memiliki anak
lain halnya denganku yang masih kuliah. Dulu saat kita kumpul bersama di ruang
tamu rumah Ihma cuman aku yang bisa mengerti bahasanya namun dia selalu
mengikuti semua hal yang aku bisa mulai dari belajar grammar yang katanya bikin
ribet juga. Saat aku mengenal Bahasa Inggris disekolah dasar suka namun ada
ribetnya juga tapi ketika dijalani dan dibarengi dengan belajar lumayan menarik
juga. Saat aku menyanyi salah satu grup ternama diluar negeri dan lirik aku
berantakan teman-teman tertawa terbahak-bahak Krus satu-satunya cowok yang
paling sering gabung diantara kami berenam memegang sapu yang seolah-olah
gitar. Kejadian itu sungguh menarik sekali. Dan aku sangat mengenal satu persatu
karakter dari masing-masing temanku. Krus sempat menyukaiku saat kita sering
main bersama diwaktu senggang.
Hari sabtu Krus paling sering main ke rumahku untuk lari
pagi. Mengetuk pintu jendela kamar dan saat itu aku baru selesai memakai
seragam. Aku kaget seperti menelan jarum-jarum kecil, mungkin karena jarak
rumah Krus denganku bersampingan dan dihalangi beberapa taman didekat komplek.
“tok… tok…. tok…”
“selamat pagi Yusan
lari pagi yuk?” kata Krus mengetuk jendela kamar
“oh
my god! Ngapain kamu nongol dijendela kamar aku?” kataku marah-marah
“hehe I’m sorry my girl
friend. You know? The day is weekend right. Please come on has been running
with me” katanya
“lari pagi? Iyaa kan
kamu libur aku kan sekolah” kataku agak ketus
“kamu bicara apa? Aku tidak
terlalu mengerti bahasamu. Aku bisa Bahasa Indonesia sedikit” kata Krus
“bunda ini bule mau
macam-macam dijendela kamarku !” kataku ketakutan
“no, it is no hmm… do
you friend with me and my parents?”
“please Krus get out. I
can’t see anything in the windows” kataku aneh tapi malu
“sorry my daughter go
to school every day” kata bunda juga kebingungan
“hmm… itu dia bunda
jago juga Bahasa Inggrisnya” kataku tersenyum
Akupun pamitan kepada bunda yang sedang terbaring lemah
dirumah karena sakit. Krus selalu menemani bundaku ketika penyakit lamanya
kambuh. Meskipun pertama kali bertemu Krus aku suka marah-marah. Bunda selalu
berbicara kepada sahabat kecilku yang bernama Ihma. Ihma itu salah satu cewek
paling pintar dalam hal memasak. Aku aja kalah ketika teman-teman mengujiku
saat pesta makan malam dirumah Jany dan akhirnya aku kena beberapa cipratan
saus tomato yang bau busuk. Ihma adalah satu-satunya cewek yang sering aku
ceritakan ke teman-temanku. Maklum saja dari dulu kita sering banget curhat
masalah cowok. Apalagi Ihma yang memiliki rambut ikal bergelombang sama halnya
dengan deburan ombak dilautan. Ihma itu paling sering direbut oleh beberapa
cowok dikelas, bahkan ada yang sempat Ihma tolak habis-habisan didepan kelas.
Aku dan Deviana teman sebangku tertawa terbahak-bahak apalagi aku yang sama
sekali susah jatuh cinta sama yang namanya cowok. Pertama kali pacaran hanya
jalan beberapa minggu lalu diputusin karena tingkah laku aku yang bergaya
seperti preman Birmingham kata ayah Krus yang berasal dari London.
Jany mengetuk pintu rumah belakang, aku yang sedari tadi
asyik belajar memasak bersama bunda akhirnya mulai terbiasa juga. Bunda selalu
menyuruhku untuk mengulek sambal terasi kesukaan ayah Krus. Maklum keluarga
Jarmeghan keturunan luar negeri dan keyakinan mereka berbeda, namun
satu-satunya keluarga Krus yang menganut agama Islam sama seperti aku, Ihma,
Jany, Bunga, Deviana dan Maulida. Mungkin karena keluarga akulah yang paling
dekat dengan Krus karena ketika adzan berkumandang bunda dan aku selalu membaca
ayat suci Al-Qur’an yang kamarnya hampir bersebelahan dengan kamar kedua orang
tuanya Krus.
Krus sempat dikagumi saat pertama kali pindah ke sekolah
kami. Krus sempat melirikku saat aku masih dibangku kelas 1 SMA ternama yang
ada dikota Bandung. Dia selalu melirikku dan tersenyum malu-malu kucing yang
sama halnya dengan salah satu merk ternama di Indonesia. Aku senyum mungkin
karena kerudungku yang agak kacau maklum pertama kali pakai jilbab. Krus menghampiri
Bunga yang kebetulan dia duduk dibelakangku. Aku hanya terdiam dan dia juga
menyapaku.
“hey… what your name?”
katanya yang berdarah setengah Arab
“hey… my name is Yusan.
Where do you come from?” kataku canggung
“I’m from Birmingham
and my parents move house in here. You are my neighbor right?”
“oh… cius? I don’t know
about you. Sorry I can’t speak English good hehe” kataku agak gatal dilidah
kayak makan seblak ngomongnya juga
“hahaha… your
vocabulary it’s so bad” kata dia mengejek
Ini
bule lama-lama aku timbuk aja pake kamus yang ada ditas heuh sabar aja Yusan
sabar kamu pasti bisa menghindar. Ayolah bule brengsek jauh-jauh dari tempat
duduk aku please help me guys. Mana lagi Bunga kenapa dia tidak menghampiriku
segala lagi. Tapi untungnya ada salah satu teman cowok yang lebih mahir Bahasa
Inggrisnya dariku. Abang Ryan yang juga leader dikelasku menghampiri dan kita
bicara bertiga tetap aja canggung. Ngobrol sama bule lumayan ribet juga. Lalu
Ihma mengajakku belajar Sosiologi diperpustakaan karena jam pelajaran sudah
hampir habis, Ihma dan aku berbeda kelas entah kenapa dia menyuruhku untuk
berkenalan sama Krus. Malah suruh jadian dan aku hanya diam saja.
***
Tas biru kesayanganku hampir saja meleleh mungkin karena
guyuran hujan tak disuruh dari langit dan tas biru yang dikasih dari mendiang
Almarhum ayahku kini sama halnya dengan para rentenir yang tiap hari datang
kerumah bundaku dan mengacak-ngacak barang yang ada dirumah. Paman yang
seakan-akan bisa melunasi utang-utang Almarhum ayahku kini telah kewalahan
melihatnya. Aku yang bekerja serabutan diwarung tegal disudut kota Bandung kini
melihat bunda aku menangis, lalu Krus menghampiri rumahku dan memberi beberapa
uang untuk para rentenir tersebut. Aku hanya menangis dipelukkan bunda, untuk
masalah seperti ini aku selalu menangis. Maulida menelponku dan menanyakan hal
aneh itu lagi. Satu-persatu temanku datang ke rumah. Aku sudah berhenti
menangis karena untuk pertama kalinya aku menangis diruang tengah saat kita
berkumpul bersama teman-temanku. Jany bilang kamu harus kuat, ini adalah cobaan
dari Allah untuk kamu dan bunda.
Fahrul salah satu teman dekatku dari SMP masuk ke rumah
dan mungkin dia sempat kecapean karena habis lari-lari dari warteg tempat aku
bekerja mencuci piring disana. Fahrul mengajakku keluar lalu Krus tiba-tiba
marah pakai ciri khas Bahasa Inggris setengah Arab. Fahrul kurang paham dan
tidak menyukai Krus karena dia malah melongok kayak kucing kelaparan. Aku
senyum melihatnya, setelah itu aku translate aja.
“apa-apaan kamu datang
enggak pakai etika langsung masuk?” kata Ihma
“aku itu sebenernya
ingin kita kayak dulu lagi itu bule ngomong apa barusan sama aku San?” kata
Fahrul
“do you talk to his? I
don’t like his, why you come to house Yusan? please speak bahasa !” kata dia
menyuruhku memakai Bahasa Indonesia
“liat dia menanyakan
kamu Fahrul kamu masih pengen kesini untuk apa? Bertahun-tahun aku mencari
kamu, tapi sekarang kamu sudah seperti ini kamu lupa sama janji palsu kamu dulu
hah ! kamu mau ngapain kesini aku benci kamu” kataku kesal membantingkan jam
tangan darinya
“I don’t
understanding please says to me ! did
you angry to his Yusan?”
“Krus keep silent, I
alone in my room know? Well you can’t disturb once more again” kataku menangis
dan mungkin untuk bule seperti Krus agak aneh mendengarnya
“Yusan aku bisa menjelaskan
aku ingin kita sukses bersama-sama meskipun jarak kita jauh” kata Fahrul
“aku bisa untuk itu
tapi kamu tau sendiri aku punya penyakit” kataku menangis kesakitan dipelukkan
bunda
“kita masih bisa
mendukung kamu dari belakang tenang aja” kata Deviana memelukku
“dulu aja aku mencari
kamu, dan aku siap menerima kekurangan kamu Yusan” kata dia agak kecewa
Jany membaca salah satu puisi yang ada diblog lamaku.
Maklum saja aku sudah jarang membukanya. Jany bilang tolong tulis puisi Bahasa
Inggris yang lebih menarik untuk suamiku, dia mengikuti blog yang kamu buat.
Aku hanya bisa menarik napas, haruskah aku menulis puisi Bahasa Inggris lebih
bagus untuk orang lain sementara dipinggir jendela ada beberapa deretan puisi
Bahasa Inggris dan yang paling aku kaget tertulis secret admirer. Krus
menelponku setelah beberapa tahun aku pindah rumah, selalu saja aku melihat
secarik kertas yang berisi tinta biru dikertas diary berwarna pink. Krus selalu
bilang ingin bertemu lewat hp dan kita memilih beberapa menu kesukaan disalah
satu warung lesehan di Bekasi. Sekarang Krus sudah menikah dengan Jany, sempat
aneh juga dilihatnya ketika aku telah tunangan bersama Fahrul yang dulu sempat
dimarahi oleh Krus dan Ihma. Sekarang Krus berbicara Sunda sama halnya
denganku. Aku dan Krus sempat berdebat masalah mata kuliah fonologi Inggris
disemester 3. Tapi sekarang Krus malah berbalik arah angina untuk anaknya dan
anaknya lebih jago dalam bola basket dan itu bakat aku bersama Jany. Ketika kita
kumpul dirumah Maulida yang sempat merebut bekas pacar aku dia gagal menikah.
Fahrul dan aku hanya terdiam 3 bulan mendatang aku dan Fahrul menikah. Dan
mereka berenam terkejut mendengarnya mungkin mereka kaget karena aku
satu-satunya cewek paling tomboy diantara mereka yang duluan menikah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar