Pemberontakan Andi Aziz
Latar Belakang Andi Aziz
Andi Azis adalah seorang mantan Letnan KNIL dan sudah masuk TNI dengan pangkat Kapten, dia ikut berontak bahkan memimpinnya. Dia memiliki riwayat yang sama uniknya dengan petualang KNIL lainnya seperti Westerling. Andi Azis memiliki cerita hidupnya sendiri. Cerita hidupnya sebelum berontak jauh berbeda dengan orang-orang Sulawesi Selatan pada umumnya. Tidak heran bila Andi Azis menjalanani pekerjaan yang jauh berbeda seperti orang-orang Sulawesi Selatan pada umumnya, sebagai serdadu KNIL. Bisa dipastikan Andi Azis adalah salah satu dari sedikit orang Bugis yang menjadi serdadu KNIL. Bukan tidak mungkin bila Andi Azis adalah orang Bugis dengan pangkat tertinggi dalam KNIL.
Andi Abdul Azis lahir di Sulawesi, diangkat anak oleh orang tua Eropa-nya yang membawanya lke Belanda dan ikut terlibat dalam PD II. Dirinya lalu kembali sebagai bagian dari tentara Belanda yang ysedang menduduki Indonesia. pasca KMB dia terlibat masalah serius dengan TNI karena kedekatannya dengan tokoh-tokoh federalis macam Saumokil yang memiliki posisi penting dalam Negara Indonesia Timur, Jaksa Agung. Berakhirnya Negara Indonesia Timur mengakibatkan.
Andi
Abdul Azis asli Bugis putra orang Bugis. Andi Azis lahir tanggal 19 September
1924, di Simpangbinangal, kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Pendidikan umumnya
di Europe Leger School namun tidak sampai tamat. Andi Azis kemudian dibawa
seorang pensiunan Asisten Residen bangsa Belanda ke negeri Belanda. Di Negeri
Belanda tahun 1935 ia memasuki Leger School dan tamat tahun 1938, selanjutnya
meneruskan ke Lyceum sampai tahun 1944. Sebenarnya Andi Azis sangat berhasrat
untuk memasuki sekolah militer di negeri Belanda untuk menjadi menjadi seorang
prajurit. Tetapi niat itu tidak terlaksana karena pecah Perang Dunia II.
Kemudian Andi Azis memasuki Koninklijk Leger. Di KL, Andi Azis bertugas sebagai
tim pertempuran bawah tanah melawan Tentara Pendudukan Jerman (NAZI). Dari
pasukan bawah tanah kemudian Andi Azis dipindahkan kebelakang garis pertahanan
Jerman, untuk melumpuhkan pertahanan Jerman dari dalam. Karena di Eropa
kedudukan sekutu semakin terjepit, maka secara diam-diam Andi Azis dengan
kelompoknya menyeberang ke Inggris, daerah paling aman dari Jerman—walaupun
sebelum 1944 sering mendapat kiriman bom Jerman dari udara.
Di
Inggris kemudian Andi Azis mengikuti latihan pasukan komando di sebuah Kamp
sekitar 70 kilometer di luar London. Andi Azis lulus dengan pujian sebagai
prajurit komando. Selanjutnya mengikuti pendidikan Sekolah calon Bintara di
Inggris dan menjadi sersan kadet (1945). Di bulan Agustus 1945 karena SEAC
dalam usaha mengalahkan Jepang di front timur memerlukan anggota tentara yang
dapat berbahasa Indonesia, maka Andi Abdul Azis kemudian ditempatkan ke komando
Perang Sekutu di India, berpindah-pindah ke Colombo dan akhirnya ke Calcutta
dengan pangkat Sersan.
Andi Azis mungkin satu-satunya orang Indonesia yang mendapat latihan pasukan komando. Andi Azis juga orang Indonesia yang ikut menjadi bagian, walau tidak secara langsung, dari kelahiran pasukan-pasukan komando dunia seperti SAS milik Inggris dan KST Belanda. Andi Azis, seperti halnya Westerling, merupakan orang-orang yang luar di negeri Belanda yang ikut membebaskan Belanda dari pendudukan Jerman. Seperti Halim Perdana Kusuma, Andi Azis juga orang Indonesia yang ikut serta dalam perang Dunia II di front Barat Eropa.
Andi Azis mungkin satu-satunya orang Indonesia yang mendapat latihan pasukan komando. Andi Azis juga orang Indonesia yang ikut menjadi bagian, walau tidak secara langsung, dari kelahiran pasukan-pasukan komando dunia seperti SAS milik Inggris dan KST Belanda. Andi Azis, seperti halnya Westerling, merupakan orang-orang yang luar di negeri Belanda yang ikut membebaskan Belanda dari pendudukan Jerman. Seperti Halim Perdana Kusuma, Andi Azis juga orang Indonesia yang ikut serta dalam perang Dunia II di front Barat Eropa.
Setelah
Jepang menyerah tidak syarat pada sekutu, Andi Azis diperbolehkan memilih tugas
apakah yang akan diikutinya, apakah ikut satuan-satuan sekutu yang akan
bertugas di Jepang atau yang akan bertugas di gugus selatan (Indonesia). Dengan
pertimbangan bahwa telah 11 tahun tidak bertemu orang tuanya di Sulawesi
Selatan, akhirnya ia memilih bertugas ke Indonesia, dengan harapan dapat
kembali dengan orang tuanya di Makassar. Pada tanggal 19 Januari 1946 satuannya
mendarat di Jawa (Jakarta), waktu itu ia menjabat komandan regu, kemudian
bertugas di Cilinding. Dalam tahun 1947 mendapat kesempatan cuti panjang ke
Makassar dan mengakhiri dinas militer. Tetapi di Makassar Andi Azis merasa
bosan. Ditinggalkannya Makassar untuk kembali lagi ke Jakarta dan mengikuti pendidikan
kepolisian di Menteng Pulo, pertengahan 1947 ia dipanggil lagi masuk KNIL dan
diberi pangkat Letnan Dua. Selanjutnya menjadi Ajudan Senior Sukowati (Presiden
NIT), karena Sukowati berhasrat memiliki Ajudan bangsa Indonesia asal Sulawesi
(Makasar), sedang ajudan seniornya selama ini adalah Kapten Belanda totok.
Jabatan ini dijalaninya hampir satu setengah tahun, kemudian ia ditugaskan
sebagai salah seorang instruktur di Bandung-Cimahi pada pasukan SSOP—sekolah
pasukan payung milik KNIL bernama School tot Opleiding voor Parachusten—(Baret
Merah KNIL) dalam tahun 1948. pada tahun 1948 Andi Azis dikirim lagi ke Makasar
dan diangkat sebagai Komandan kompi dengan pangkat Letnan Satu dengan 125 orang
anak buahnya (KNIL) yang berpengalaman dan kemudian masuk TNI. Dalam susunan
TNI (APRIS) kemudian Ia dinaikan pangkatnya menjadi kapten dan tetap memegang
kompinya tanpa banyak mengalami perubahan anggotanya.
Tentu
saja pasukan dari kompi yang dipimpinnya itu bukan pasukan sembarangan.
Kemampuan tempur pasukan itu diatas standar pasukan reguler Belanda—juga TNI.
Daerah Cimahi, adalah daerah dimana banyak prajurit Belanda dilatih untuk
persiapan agresi militer Belanda II. Ditempat ini setidaknya ada dua macam
pasukan khusus Belanda dilatih: pasukan Komando (baret hijau); pasukan penerjun
(baret merah). Andi Azis kemungkinan melatih pasukan komando—sesuai
pengalamannnya di front Eropa.
Pasukan Andi Azis ini menjadi salah satu punggung pasukan pemberontak selama bulan April sampai Agustus di Makassar—disamping pasukan Belanda lain yang desersi dan tidak terkendali. Apa yang terjadi dalam pemberontakan APRA Westerling yang terlalu mengandalkan pasukan khusus Belanda Regiment Speciale Troepen—yang pernah dilatih Westerling—maka dalam pemberontakan Andi Azis hampir semua unsur pasukan Belanda terlibat terutama KNIL non pasukan komando. Westerling kurang didukung oleh pasukan KNIL—Westerling lebih menaruh harapan pada RST yang desersi. Pasukan lain non RST hanya pasukan pendukung semata. Pemberontakan Andi Azis, tulang punggung pemberontakan adalah semua pasukan tanpa melihat kualifikasi pasukan.Pemberontakkan Andi Azis, salah seorang komandan bekas satuan tentera Belanda yang meletus pada tanggal 5 April 1950 di Makasar, Ujung Pandang dengan motivasi yang menuntut status dan perlakuan khusus dari pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS). Antara pihak pemberontak dengan utusan pihak pemerintah dari Jakarta, semula diusahakan pemecahan masalah melalui perundingan yang kemudian disusul dengan ultimatum, sehingga pada akhirnya harus diambil tindakan militer. Pada tanggal 20 Ogos 1950 Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dapat menguasai seluruh kota Makasar atau Ujung Pandang.
Pasukan Andi Azis ini menjadi salah satu punggung pasukan pemberontak selama bulan April sampai Agustus di Makassar—disamping pasukan Belanda lain yang desersi dan tidak terkendali. Apa yang terjadi dalam pemberontakan APRA Westerling yang terlalu mengandalkan pasukan khusus Belanda Regiment Speciale Troepen—yang pernah dilatih Westerling—maka dalam pemberontakan Andi Azis hampir semua unsur pasukan Belanda terlibat terutama KNIL non pasukan komando. Westerling kurang didukung oleh pasukan KNIL—Westerling lebih menaruh harapan pada RST yang desersi. Pasukan lain non RST hanya pasukan pendukung semata. Pemberontakan Andi Azis, tulang punggung pemberontakan adalah semua pasukan tanpa melihat kualifikasi pasukan.Pemberontakkan Andi Azis, salah seorang komandan bekas satuan tentera Belanda yang meletus pada tanggal 5 April 1950 di Makasar, Ujung Pandang dengan motivasi yang menuntut status dan perlakuan khusus dari pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS). Antara pihak pemberontak dengan utusan pihak pemerintah dari Jakarta, semula diusahakan pemecahan masalah melalui perundingan yang kemudian disusul dengan ultimatum, sehingga pada akhirnya harus diambil tindakan militer. Pada tanggal 20 Ogos 1950 Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dapat menguasai seluruh kota Makasar atau Ujung Pandang.
Pemberontakan
Andi Azis
Waktu dan Tempat
Pada tanggal 5 April 1950 di Makassar timbul pemberontakan yang dilakukan oleh kesatuan-kesatuan bekas KNIL di bawah pimpinan Kapten Andi Azis. Adapun berbagai tuntutan Andi Azis terhadap pemerintah RIS sebagai berikut.
1) Andi Azis menuntut agar pasukan-pasukan APRIS bekas KNIL saja yang bertanggung jawab atas keamanan di daerah NIT.
2) Andi Azis menentang dan menghalangi masuknya pasukan APRIS dari TNI yang sedang dikirim dari Jawa Tengah di bawah pimpinan Mayor Worang.
3) Andi Azis menyatakan bahwa Negara Indonesia Timur harus dipertahankan supaya tetap berdiri.
Pada tanggal 5 April 1950 di Makassar timbul pemberontakan yang dilakukan oleh kesatuan-kesatuan bekas KNIL di bawah pimpinan Kapten Andi Azis. Adapun berbagai tuntutan Andi Azis terhadap pemerintah RIS sebagai berikut.
1) Andi Azis menuntut agar pasukan-pasukan APRIS bekas KNIL saja yang bertanggung jawab atas keamanan di daerah NIT.
2) Andi Azis menentang dan menghalangi masuknya pasukan APRIS dari TNI yang sedang dikirim dari Jawa Tengah di bawah pimpinan Mayor Worang.
3) Andi Azis menyatakan bahwa Negara Indonesia Timur harus dipertahankan supaya tetap berdiri.
Untuk menumpas pemberontakan Andi
Azis pemerintah RIS melakukan berbagai upaya, di antaranya adalah:
1) Setelah ultimatum kepada Andi Azis untuk menghadap ke Jakarta guna mempertanggungjawabkan perbuatannya tidak dipenuhi maka pemerintah mengirim pasukan untuk menumpas pemberontakan tersebut.
2) Pemerintah mengirimkan pasukan ekspedisi di bawah pimpinan Kolonel Alex Kawilarang dan terdiri dari berbagai kesatuan dari ketiga angkatan dan kepolisian. Selanjutnya APRIS segera bergerak dan menguasai kota Makassar dan sekitarnya.
1) Setelah ultimatum kepada Andi Azis untuk menghadap ke Jakarta guna mempertanggungjawabkan perbuatannya tidak dipenuhi maka pemerintah mengirim pasukan untuk menumpas pemberontakan tersebut.
2) Pemerintah mengirimkan pasukan ekspedisi di bawah pimpinan Kolonel Alex Kawilarang dan terdiri dari berbagai kesatuan dari ketiga angkatan dan kepolisian. Selanjutnya APRIS segera bergerak dan menguasai kota Makassar dan sekitarnya.
Pelaku Dalam Pemberontakan Andi-Azis
Kedatangan
pasukan pimpinan Worang kemudian disusul oleh pasukan ekspedisi yang dipimpin
oleh Kolonel A.E Kawilarang pada tanggal 26 April 1950 dengan kekuatan dua
brigade dan satu batalion di antaranya adalah Brigade Mataram yang dipimpin
oleh Letnan Kolonel Suharto. Kapten Andi Azis dihadapkan ke Pengadilan Militer
di Yogyakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya dan dijatuhi hukuman 15
tahun penjara dan ada pula yang mengatakan bahwa andi aziz telah meninggal
dunia karena di tembak oleh Suharto tetapi untuk sebahagian masyarakat Sulawesi
Selatan ada pula yang mempercayai bahwa beliau tidak di tangkap dan tidak di
tembak mati.
Dengan
anggapan sudah merasa kuat pada tanggal 5 April 1950, setelah menangkap dan
menawan Letnan kolonel Mokoginta, Panglima Territorium Sulawesi, Kapten Andi
Aziz mengeluarkan pernyataan yang ditujukan kepada pemerintah pusat di Jakarta.
Adapun isi pernyataan itu adalah sebagai berikut :
·
Negara
Indonesia Timur harus tetap dipertahankan agar tetap berdiri menjadi bagian
dari RIS.
·
Tanggung
jawab keselamatan daerah NIT agar diserahkan kepada pasukan KNIL yang telah
masuk menjadi anggota APRIS. TNI yang bukan berasal dari KNIL tidak perlu turut
campur.
·
Presiden
Soekarno dan Perdana Menteri Hatta supaya tidak mengizinkan NIT dibubarkan dan
bersatu dengan Republik Indonesia.
Upaya
Pemerintahan Mengatasi Pemberontakan Andi Azis
1. Memberikan
ultimatum kepada Andi Azis untuk ke Jakarta guna mempertanggung jawabkan perbuatannya,
namun ultimatum tersebut tidak dilaksanakan
2. Setelah
ultimatum kepada Andi Azis untuk meghadap ke Jakarta guna mempertanggung
jawabkan perbuatannya tidak dipenuhi maka pemerintah mengirim pasukan untuk
menupas pemberontakan tersebut. pemerintah mengirimkan ekspedisi dibawah
Kolonel Alex Kawilarang dan terdiri dari berbagai kesatuan dari ketiga angkatan
dan kepolisian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar