Sabtu, 08 Februari 2014

Sejarah Sultan Ageng Tirtayasa


Tahap Akhir Perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa
Hubungan Sultan Haji dengan kompeni Belanda sudah sedemikian dekatnya sehingga dalam pasukan pertahanan Surosowan pun ditempatkan satu barisan pasukan kompeni sebagai pasukan tambahan, yang pada hakekatnya mereka adalah mata-mata yang ditanam kompeni di Banten. Memang inilah yang dituju kompeni, Sultan Haji sudah terbiasa dengan segala yang berbau Belanda.
Ia lebih percaya kepada kata-kata kompeni dari pada petuah-petuah ayahnya. Karena hasutan kompeni ini pulalah maka hubungan Sultan Haji dengan ayahnya semakin renggang, bahkan kedua sultan ini saling curiga mencurigai. Sehingga pada diri Sultan Haji tumbuh keinginan yang kuat untuk segera memegang kekuasaan penuh di Kesultanan Banten, tanpa adanya campur tangan ayahnya.
Keinginan demikian terlihat dari tindakan Sultan Haji yang pada bulan Mei 1680 mengirimkan utusan ke Gubernur Jendral VOC di Batavia untuk menawarkan perdamaian sambil menegaskan bahwa yang berkuasa di Banten sekarang adalah dirinya. Ia menyatakan bahwa Sultan Ageng Tirtayasa sudah menyerahkan seluruh kekuasaannya.
Sudah tentu tawaran itu ditolak, kompeni tahu bahwa Sultan Ageng Tirtayasa belum meletakkan jabatannya. Keadaan ini dijadikan senjata oleh kompeni mendorong Sultan Haji untuk segera memperoleh kuasa penuh di Banten.
Satu hal lagi yang mengecewakan Sultan Ageng Tirtayasa, adalah surat ucapan selamat yang dikirimkan Sultan Haji atas diangkatnya Speelman menjadi Gubernur Jendral VOC menggantikan Rijklof van Goens pada tanggal 25 November 1680, padahal saat itu kompeni baru saja menghancurkan pasukan gerilya Banten di Cirebon yang kemudian dapat menguasai Cirebon seluruhnya.
Sultan Ageng Tirtayasa dimasukkan ke dalam penjara berbenteng di Batavia dengan penjagaan ketat serdadu kompeni hingga meninggalnya di penjara pada tahun 1692. Jenazahnya oleh Sultan Abdulmahasin Zainul Abidin, anaknya Sultan Haji, dan terutama oleh rakyat Banten yang amat mencintainya dimintakan kepada pemerintah tinggi kompeni Belanda untuk dikirim kembali ke Banten.
Kemudian dengan upacara keagamaan yang amat mengesankan ia dimakamkan di samping sultan-sultan pendahulunya, di sebelah utara Masjid Agung Banten.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar